Rangkaian Upacara Ngaben (Upacara adat Bali)

Mungkin kita pernah melihat, saat ada iring-iringan upacara ngaben melewati perempatan jalan, maka akan diputar 3 kali dengan arah berlawanan jarum jam. Bagi orang awam atau yang tidak mengerti maksudnya akan bertanya, mengapa harus diputar? dan apa maknanya?

Upacara Ngaben di Bali


Berikut ini rangkaian   upacara adat ngaben di bali:

Ngulapin 
Upacara ini dimaksudkan untuk memanggil Sang Atma. Upacara ini dilaksanakan jika seseorang meninggal di luar rumahnya atau di  Rumah Sakit. Disetiap daerah di Bali  dapat berbeda-beda tergantung tata cara dan tradisi setempat, misalnya ada yang melaksanakan di perempatan jalan, pertigaan jalan, dan kuburan setempat.

Nyiramin/Ngemandusin 
Yaitu upacara memandikan jenazah, biasa dilakukan di halaman rumah keluarga yang bersangkutan . Prosesi ini juga disertai dengan pemberian simbol-simbol seperti bunga melati di rongga hidung, belahan kaca di atas mata, daun intaran di alis, dan perlengkapan lainnya yang tujuannya adalah untuk  mengembalikan fungsi-fungsi dari bagian tubuh yang tidak digunakan ke asalnya, dan apabila roh mendiang mengalami reinkarnasi kembali agar dianugrahi badan yang lengkap /tidak cacat.

Ngajum Kajang 
Adalah selembar kertas putih yang ditulisi oleh pendeta, tetua adat, atau orang yang dituakan. Setelah itu dilaksanakan upacara ngajum yang diikuti oleh semua kerabat dan keturunan dengan cara menekan kajang itu sebanyak 3 kali sebagai simbul kemantapan hati para kerabat atas kepergian mendiang. Sehingga mendiang akan cepat melakukan perjalanan ke alam selanjutnya dengan tenang.

Ngaskara 
Upacara Ngaskara dimaksudkan untuk penyucian roh mendiang. Agar roh yang bersangkutan dapat bersatu dengan Tuhan dan bisa menjadi pembimbing kerabatnya yang masih hidup.

Mameras 
Mameras berarti sudah berhasil/sukses. Upacara ini  dilakukan apabila yang meninggal sudah memiliki cucu. karena cucu akan menuntun mendiang melalui doa.

Papegatan 
Papegatan  artinya putus, makna upacara ini adalah untuk memutuskan hubungan duniawi dan cinta dari kerabat mendiang, sebab kedua hal tersebut akan menghalangi perjalan sang roh menuju Tuhan. Dengan upacara ini pihak keluarga berarti telah secara ikhlas melepas kepergian mendiang ke tempat yang lebih baik. Sarana dari upacara ini adalah sesaji (banten) yang disusun pada sebuah lesung batu dan diatasnya diisi dua cabang pohon dadap yang dibentuk seperti gawang dan dibentangkan benang putih pada kedua cabang pohon tersebut. Nantinya benang ini akan diterebos oleh kerabat dan pengusung jenazah sebelum keluar rumah hingga putus.

Pakiriman Ngutang 
Setelah upacara papegatan maka akan dilanjutkan dengan pakiriminan ke kuburan setempat, jenazah beserta kajangnya kemudian dinaikan ke atas Bade/Wadah, yaitu menara pengusung jenazah . Dari rumah yang bersangkutan anggota masyarakat akan mengusung semua perlengkapan upacara beserta jenazah diiringi oleh suara Baleganjur (gong khas Bali) yang bertalu-talu dan bersemangat, atau suara angklung yang terkesan sedih. Di perjalan menuju kuburan jenazah ini akan diarak berputar 3x berlawanan arah jarum jam yang bermakna sebagai simbol mengembalikan unsur Panca Maha Bhuta ke tempatnya masing-masing. Selain itu perputaran ini juga bermakna:
Berputar 3x di depan rumah mendiang sebagai simbol perpisahan dengan sanak keluarga. Berputar 3x di perempatan dan pertigaan desa sebagai simbol perpisahan dengan lingkungan masyarakat.

Ngising 
Ngising adalah upacara pembakaran jenazah tersebut, jenazah dibaringkan di tempat yang telah disediakan , disertai sesaji. Kemudian diperciki oleh pendeta yang memimpin upacara dengan Tirta Pangentas yang bertindak sebagai api abstrak diiringi dengan Puja Mantra dari pendeta, setelah selesai kemudian barulah jenazah dibakar hingga semua anggota tubuhnya menjadi abu. Hasil pembakaran kemudian digilas dan dirangkai lagi dalam buah kelapa gading yang telah dikeluarkan airnya.

Nganyud
Nganyud adalah menghanyutkan abu jenazah di sungai atau di laut. Nganyud bermakna sebagai ritual untuk menghanyutkan segala kekotoran yang masih tertinggal dalam roh mendiang.

Makelud 
Upacara Makelud biasanya dilaksanakan 12 hari setelah upacara pembakaran jenazah. Makna dari upacara makelud  adalah membersihkan dan menyucikan kembali lingkungan keluarga akibat kesedihan yang dialamikeluarga  ditinggalkan.

Filosofis 12 hari kesedihan ini diambil dari Wiracarita Mahabharata, saat Sang Pandawa mengalami masa hukuman 12 tahun di tengah hutan.

3 comments:

  1. Salah satu rangkaian upacara 'ngěsěng' bukan ngising

    ReplyDelete
  2. Setelah nganyud apa yg mestinya dilakukan? Bagaimana terkait nyoda stiap hari..dimana dilakukan?

    ReplyDelete