Tari Remo atau disebut juga dengan tari Remong berasal dari Jawa Timur tepatnya dari Desa Ceweng, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang. Tari Remo adalah hasil budaya anak muda dari Kabupaten Jombang yang pekerjaannya sebagai penari pengamen keliling. Itu terjadi sekitar pertengahan abad ke-19. Ternyata tari remo semakin dikenal di tengah-tengah masyarakat jawa timur. Seiring perkembangan jaman tari Remo semakin dikenal di tengah masyarakat Jawa Timur. Dan semakin berkembangnya kesenian Ludruk, maka tari remo digunakan sebagai tarian pembuka pertunjukan Ludruk.
Setelah Indonesia merdeka tahun 1945. Tari remo dan lodruk semakin menjadi satu dan tidak dapat dipisahkan keduanya. setiap ada pertunjukan ludruk, selalu dibuka dengan pertunjukan tari Remo. Dengan memasyarakatnya tari Remo, tidak hanya ludruk saja yang dibuka dengan pertunjukan tari Remo, bahkan pertunjukan wayang juga dibuka dengan tari Remo. Kini tari remo juga digunakan untuk menyambut tamu agung misalnya kunjungan pejabat ke daerah-daerah di jawa timur atau tamu-tamu dari luar negeri.
Isi Tari RemoTarian adalah menceritakan tentang kepahlawanan. Gerakan-gerakan tari remo menceritakan perjuangan seorang pangeran dalam medan laga. Dulu tari Remo lebih didominasi oleh penari laki-laki. Mungkin karena pengaruh isi dalam tari remo yang menceritakan sosok kepahlawanan. Akan tetapi dalam perkembangannya tarian ini juga banyak disukai oleh kaum perempuan. Sehingga sekarang banyak tari remo yang dibawakan oleh kaum putri. Dalam pertunjukan tari remo putri, umumnya para penari akan memakai kostum tari yang berbeda dengan kostum tari remo asli yang dibawakan oleh penari pria.
Karakteristik yang paling utama dari tata gerak Tari Remo adalah gerakan kaki yang rancak dan dinamis. Gerakan ini didukung dengan adanya bandul-bandul (binggel) yang dipasang di pergelangan kaki. Bandul lonceng ini berbunyi saat penari melangkah atau menghentakkan kakinya di panggung. Selain itu, ciri khas yang lain adalah gerakan melempar selendang atau sampur secara cepat dan dinamis, gerakan anggukan dan gelengan kepala, ekspresi wajah, serta kuda-kuda penari membuat tarian ini menjadi semakin atraktif.
Tata busana Tari Remo sendiri bermacam-macam menurut wilayah kebudayaan dan siapa yang menarikannya. Gaya-gaya busana Tari Remo adalah gaya Surabayan, Malangan, Jombangan, Sawunggaling, dan Remo Putri. Dalam gaya busana Surabayan, aksesori yang dikenakan terdiri atas ikat kepala merah (udheng), gelang kaki berbandul (binggel), baju tanpa kancing yang berwarna hitam dengan gaya kerajaan pada abad ke 18, celana sebatas pertengahan betis yang dikait dengan benang emas, kain batik (jarik) gaya Pasisiran yang menjuntai hingga ke lutut, setagen yang diikat di pinggang, serta keris yang diselipkan di belakang. Penari juga memakai dua selendang, yang mana satu dipakai di pinggang dan yang lain disematkan di bahu, dengan masing-masing tangan penari memegang tiap ujung selendang.
No comments:
Post a Comment